Kalimat yang bernada menghakimi, mengancam, atau bahkan menuduh, membuat anak terpojok. Jangan ucapkan kalimat bertanya yang mendorong anak berkata tidak seperti kata “Kita bereskan yuk?” Ingat, anak tak mau diperintah. Dengan begitu, anak juga belajar untuk berpikir mencari solusi.
Berbicaralah dengan kalimat-kalimat yang tak sekadar menjurus pada jawaban ya atau tidak. Kata-kata yang diucapkan sebaiknya pendek atau sederhana. Dengan begitu, perhatian anak bisa lebih mudah terfokus dan menangkap pesan atau dialog yang dilontarkan orangtua. Kalau perlu, dekap anak saat Anda mengajaknya berbicara. Semakin kita bertele-tele, maka anak akan semakin menutup telinganya.
Tunggu momen yang tepat. Perhatikan, apakah anak sedang asyik dengan kegiatannya? Kadang, sulit mengalihkan perhatian anak dari hal yang sedang ditekuninya. Mulailah dengan pendekatan dulu agar anak tak merasa kegiatannya diganggu atau tak dipaksa menimpali omongan Anda. Apalagi kalau yang dikatakan orangtua berupa perintah atau larangan. Dengan begitu si prasekolah relatif tak merasa aktivitasnya terganggu. Lagi pula, dengan cara itu anak memiliki persiapan ketika harus menghentikan kegiatannya.
Jika anak merasa dirinya didengar, maka ia pun akan belajar mendengarkan Anda. Berilah contoh atau teladan yang baik dengan memberi perhatian yang tulus saat si prasekolah berbicara. Dengan contoh konkret, anak akan menyerap dan meniru bagaimana menjadi pendengar yang baik. Dengan begitu, unsur perintah lebih tersamar. Bukan tidak mungkin, di kemudian hari, anak akan mau melakukan yang Anda harapkan tanpa menunggu disuruh. Sikap tegas berarti mengatakan apa yang perlu/harus dilakukan dengan nada bicara yang datar namun jelas. Dengan bersikap tegas, anak akan merasa segan pada orangtua sehingga tak mau lagi melanggar aturan. Satu hal yang tak kalah penting, kenali karakter si prasekolah untuk menemukan gaya berkomunikasi yang pas dengannya. Anak yang cenderung pemalu atau pasif memang biasanya lebih cuek ketimbang anak yang terbuka atau aktif.
Berbicaralah dengan kalimat-kalimat yang tak sekadar menjurus pada jawaban ya atau tidak. Kata-kata yang diucapkan sebaiknya pendek atau sederhana. Dengan begitu, perhatian anak bisa lebih mudah terfokus dan menangkap pesan atau dialog yang dilontarkan orangtua. Kalau perlu, dekap anak saat Anda mengajaknya berbicara. Semakin kita bertele-tele, maka anak akan semakin menutup telinganya.
Tunggu momen yang tepat. Perhatikan, apakah anak sedang asyik dengan kegiatannya? Kadang, sulit mengalihkan perhatian anak dari hal yang sedang ditekuninya. Mulailah dengan pendekatan dulu agar anak tak merasa kegiatannya diganggu atau tak dipaksa menimpali omongan Anda. Apalagi kalau yang dikatakan orangtua berupa perintah atau larangan. Dengan begitu si prasekolah relatif tak merasa aktivitasnya terganggu. Lagi pula, dengan cara itu anak memiliki persiapan ketika harus menghentikan kegiatannya.
Jika anak merasa dirinya didengar, maka ia pun akan belajar mendengarkan Anda. Berilah contoh atau teladan yang baik dengan memberi perhatian yang tulus saat si prasekolah berbicara. Dengan contoh konkret, anak akan menyerap dan meniru bagaimana menjadi pendengar yang baik. Dengan begitu, unsur perintah lebih tersamar. Bukan tidak mungkin, di kemudian hari, anak akan mau melakukan yang Anda harapkan tanpa menunggu disuruh. Sikap tegas berarti mengatakan apa yang perlu/harus dilakukan dengan nada bicara yang datar namun jelas. Dengan bersikap tegas, anak akan merasa segan pada orangtua sehingga tak mau lagi melanggar aturan. Satu hal yang tak kalah penting, kenali karakter si prasekolah untuk menemukan gaya berkomunikasi yang pas dengannya. Anak yang cenderung pemalu atau pasif memang biasanya lebih cuek ketimbang anak yang terbuka atau aktif.