Pink Sketch Heart

Sabtu, 19 Januari 2013

Tips Jitu Keuangan Pendidikan Anak

Membuat Anggaran
Setiap Anda perlu merencanakan anggaran untuk manajemen keuangan yang lebih baik agar nantinya uang yang dapat berguna dimasa yang akan datang. Membuat rencana anggaran keuangan keluarga bisa Anda buat setiap awal bulan dan Anda evalusai di akhir bulan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui berapa besarnya biaya hidup keluarga selama satu bulan.
Selain itu cara ini juga berguna untuk melihat trend biaya hidup selama satu tahun sehingga Anda dapat mengetahui bulan mana saja yang memerlukan anggaran biaya yang lebih banyak.
Sebagai contoh ketika bulan Mei – Juni biasanya anak kita yang duduk di bangku SMU kelas tiga sedang persiapan Ujian Nasional sehingga Anda perlu menganggarkan biaya yang lebih besar daripada bulan-bulan sebelumnya. Apabila Anda tidak memiliki rencana anggaran sebelumnya maka Anda akan mengalami kesulitan untuk mengatur keuangan keluarga pada bulan tersebut.
Anda perlu memiliki rencana anggaran keuangan keluarga dan disiplin melaksanakannya sesuai anggaran yang telah dibuat. Jadi yang lebih penting bagi kita adalah lebih berhati-hati dalam membelanjakan pendapatan keluarga.

Menciptakan dan Memulai Rencana Investasi

Ketika membuat anggaran keuangan keluarga, jangan lupa mengalokasikan sebagian dana investasi untuk pendidikan anak. Hal ini dilakukan mengingat biaya pendidikan anak setiap tahun meningkat. Sebagai contoh anggap saja sekarang anak Anda berusia 3 tahun. Kalau sekarang Uang Pangkal masuk SMU adalah Rp 4 juta dan usia rata-rata seseorang masuk SMU adalah ketika pada usia 15 tahun, apakah nantinya Anda akan membayar jumlah yang sama ketika nantinya anak Anda masuk SMU sekitar 12 tahun lagi? Jawabannya tentu saja berbeda, karena nantinya Biaya Pendidikan anak tersebut pasti akan jauh lebih mahal. Oleh Karena itu Anda perlu menghitung perkiraan biaya pendidikan anak untuk masa depan.
Dalam menghitung perkiraan biaya pendidikan anak, Anda dapat mengasumsikan bahwa kenaikan biaya pendidikan adalah 10 – 30% per tahun. Angka 10 – 30% ini tergantung dari asumsi masing-masing Anda, sehingga setiap orang bebas untuk menentukan persentase kenaikan biaya pendidikan pertahun. Disini saya mengasumsikan bahwa kenaikan biaya pendidikan pertahun adalah 10% dan apabila tahun ini Uang Pangkal masuk SMU adalah Rp 4 juta, maka tahun depan angka tersebut diperkirakan menjadi Rp 4 juta x 110% = Rp 4 juta x 1,1 = Rp 4.400.000. Apabila anak Anda berusia 3 tahun dan masuk SMU pada usia 15 tahun maka perkiraan Uang Pangkal masuk SMU nanti dapat dihitung dengan mengulangi perkalian tersebut sampai 12 kali ( Rp 4 juta x 1,1 x 1,1 x 1,1 … (sampai 12 kali)).
Dengan cara ini Anda dapat memperkirakan besarnya pendapatan yang harus di investasikan untuk pendidikan anak selama beberapa tahun kedepan. Media investasi pun bermacam-macam sesuai dengan risiko dan besarnya harapan pengembalian di masa depan. Jenis investasi yang tergolong kurang berisiko yang dapat Anda pilih adalah tabungan dan deposito. Tabungan dan Deposito merupakan produk perbankan yang memberikan kemudahan transaksi dalam berinvestasi. Dalam jangka panjang, investasi emas lebih menjanjikan pengembalian yang lebih besar pada masa mendatang.

Mempersiapkan Dana Darurat
Beberapa ahli keuangan menyarankan ini sebagai tambahan tabungan yang ada. Dana darurat atau dana cadangan diperuntukan sebagai cadangan keuangan seandainya terjadi sesuatu, misalnya Anda atau Suami Anda kehilangan pekerjaan, atau Anda sakit dan perlu tambahan biaya. Besarnya dana cadangan yang dibutuhkan sangat tergantung dari seberapa stabilnya penghasilan keluarga dan seberapa besar pengeluaran keluarga setiap bulan.
Menurut Safir Senduk, apabila besarnya penghasilan keluarga Anda adalah Rp 2 juta per bulan dan memiliki pengeluaran sebesar Rp 1,5 juta per bulan maka Anda membutukan jumlah Dana Cadangan sebesar tiga sampai enam bulan pengeluaran keluarga. Ini berarti besarnya Dana Cadangan yang harus disiapkan adalah Rp 4,5 s/d 9 juta dalam rekening Anda sebagai persediaan apabila keluarga harus mengalami kehilangan penghasilan. Akantetapi apabila penghasilan keluarga Anda tidak stabil maka jumlah Dana Cadangan yang disarankan adalah sebesar 12 bulan pengeluaran bulanan atau setara Rp 18 juta bila pengeluaran keluarga mencapai Rp 1,5 juta per bulan. Jadi intinya adalah semakin besar risiko tidak berpenghasilan sebuah keluarga maka semakin besar pula jumlah Dana Cadangan yang sebaiknya dimiliki.
Media penyimpanan dana cadangan yang Anda pilih harus memenuhi kriteria aman dan likuid. Layanan perbankan yang dapat digunakan untuk menyimpan dana cadangan adalah tabungan, giro, dan deposito. Khusus deposito sebaiknya masa jatuh tempo tidak terlalu lama yaitu satu atau tiga bulan. Selain solusi perbankan diatas Anda dapat menyimpan dana cadangan di lemari besi keluarga. Yang perlu diperhatikan dalam menyimpan dana cadangan adalah jangan memiliki dana cadangan terlalu banyak karena dana tersebut akan disimpan dalam tempat yang bunganya kecil bahkan tidak berbunga jika disimpan di lemari. Sehingga apabila Anda memiliki jumlah Dana Cadangan yang terlalu besar maka ini berarti sebagian dari dana Anda tidak akan produktif.
Mengajari anak akan investasi Anda perlu mengajari anak tentang uang, bagaimana kita membutuhkan uang untuk membuat pilihan dan bagaimana uang dapat membawa kita ke jalur yang salah jika kita tidak berhati-hati menanganinya. Jelaskan kepada anak-anak tentang rencana finansial Anda, unit-unit investasi, asuransi ataupun warisan. Semua informasi ini dapat memberikan kepercayaan pada anak-anak Anda tentang pentingnya perencanaan keuangan di masa depan.

0 komentar:

Posting Komentar